Bagi sebagian para lelaki kadang merasakan sinis jika melihat para wanita yang lebih tinggi darinya, entah dari pekerjaan atau pendidikan. Mungkin, para lelaki minder dengan segala kelebihan wanita ? atau mungkin wanita masih dianggap hanya sebagai “pelayan” dalam sebuah hubungan ? atau mungkin ada alasan lain bagi sebagian laki-laki yang menganggap “tidak perlu wanita sekolah tinggi-tinggi, buat apa sekolah tinggi-tinggi ?”.
Saat di negara maju, wanita bersekolah tinggi diapresiasi. Di indonesia, kalimat sinisme selalu terngiang “buat apa sekolah tinggi-tinggi”. Anggapan ini seakan sudah menjadi biasa, seolah-olah wanita bersekolah tinggi adalah hal yang percuma, karena pada akhirnya adalah tempatnya dapur dan hanya mengurusi anak. Padahal bersekolah tinggi banyak hal yang dapat wanita lakukan.
Anak yang cerdas berawal dari ibu yang cerdas, itulah mengapa wanita harus pintar saat sekolah dan bila perlu sekolah setinggi-tingginya. Lebih banyak manfaat yang dapat dilakukan jika wanita berpendidikan tinggi dibandingkan yang rendah.
Mereka para wanita tentu dapat memberikan materi ekstra kepada anak-anak mereka, misalnya saat anak-anak mereka mendapat PR. Mereka para wanita dengan pendidikan tinggi tentu lebih bisa memberikan pengajaran ilmu layaknya seorang guru yang memberikan ilmunya pada murid.
Entahlah, ada semacam pemikiran kolot yang perlu dikikis. Bahkan, kadang saya suka tergelitik dengan ucapan laki-laki yang harus mewajibkan calon pasangannya harus bisa masak. Haha, tinggal tanya balik saja pada prianya “kamu bisa benerin pipa ledeng ?, kamu bisa benerin genteng, kamu bisa dinding yang bocor, atau pekerjaan rumah yang semestinya dilakukan pria”.
Padahal perkara apakah nantinya sang wanita menjadi ibu rumah tangga atau bekerja adalah hal yang harus diputuskan bersama, walaupun pada akhirnya keputusan sang pria-lah yang harus diutamakan. Ingatlah para pria, saat anda menuntut wanita harus ini harus itu, anda harus tahu diri dan introspeksi. Saat anda menuntut wanita harus sopan dalam berpakaian, disisi lain anda harus menundukan pandangan.
Wanita dengan pendidikan tinggi terlihat lebih cantik yang elegan bukan cantik nakal/binal. Wanita dengan pendidikan tinggi akan lebih asyik diajak ngobrol karena pengetahuan mereka lebih luas dan lebih sopan dalam berbicara.
Ketika wanita pendidikan tinggi menikah dan kelak suaminya meninggal atau mereka bercerai, mereka tidak akan merasa risau dan bingung.
Karena wanita dengan pendidikan tinggi lebih bisa survive. Apalagi diera teknologi seperti ini, tentu saja wanita dengan pendidikan tinggi lebih mudah untuk mengawasi anak-anaknya karena mereka lebih melek teknologi karena tidak hanya bisa menggunakan teknologi tersebut tapi wanita dengan pendidikan tinggi lebih tau cara kerja dari sistemnya.
Ada alasan tersendiri mengapa saya lebih cenderung untuk tidak membatasi gerak wanita. Mungkin, jika saja kakak pertama saya yang perempuan dulu tidak bekerja dan tidak menamatkan sekolah sampai SMA (kala itu lulusan SMA cukup tinggi) dan memutuskan menikah dan diam menjadi ibu rumah tangga, mungkin adik-adiknya tidak akan bisa bersekolah sampai sarjana. Sebuah jasa yang tidak akan bisa tergantikan.
Wanita dalam peradaban dunia sudah tidak perlu diragukan lagi dalam sumbangsihnya pada peradaban dunia. Sebut saja dunia pernah memiliki Cleopatra, sang ratu penguasa mesir kuno. Kemudian ada hypatia seorang filsuf wanita dari yunani, dalam peradaban islam kita mengenal rabiah al-adawiyah, seorang sufi wanita dengan karya-karya puisinya yang indah dan terakhir ada nama Maryam Mirzakhani seorang wanita iran peraih nobel dibidang matematika.
Nah, pesan saya hanya satu untuk wanita dengan pendidikan tinggi dan karir yang cemerlang. Jangan pernah besar kepala dan merasa anda lebih tinggi dari pasangan anda dan tetaplah anda membumi.